Abdurrahman Al-Amiry

Abdurrahman Al-Amiry

Abdurrahman Al-Amiry

Abdurrahman Al-Amiry

Abdurrahman Al-Amiry

Selasa, 01 Oktober 2024

Sejarah Khulafaur Rasyidin [4]: Kisah Abu Bakar Mendapatkan Hidayah Islam

Abu Bakar juga tidak pernah menyembah berhala. Beliau berkata di hadapan para sahabat Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam:
 
ما سجدت لصنم قط، وذلك أني لما ناهزت الحلم أخذني أبو قحافة بيدي فانطلق بي إلى مخدع فيه الأصنام، فقال لي: هذه آلهتك الشم العوالي وخلاني وذهب، فدنوت من الصنم وقلت: إني جائع فأطعمني فلم يجبني، فقلت: إني عار فاكسني فلم يجبني، فألقيت عليه صخرة فخر لوجهه
 
"Aku tidak pernah bersujud kepada berhala. Ketika aku hampir baligh, ayahku (Abu Quhafah) membawaku ke sebuah tempat yang penuh dengan berhala dan berkata, 'Inilah tuhan-tuhanmu yang tinggi.' Lalu ia meninggalkanku dan pergi. Aku mendekati berhala itu dan berkata, 'Aku lapar, berikan aku makan.' Tetapi berhala itu tidak menjawab. Lalu aku berkata, 'Aku telanjang, berikan aku pakaian.' Berhala itu tetap tidak menjawab. Maka aku melemparkan batu ke arahnya hingga jatuh tersungkur."
 
Abu Bakar Ash-Shiddiq Radhiyallahu Anhu adalah sahabat dan teman dekat Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam sebelum masa kenabian. Beliau menemani Nabi ketika pergi bersama pamannya ke Syam dan bertemu dengan pendeta Buhaira. Ketika wahyu pertama kali turun, Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam sering mendengar suara yang memanggilnya, "Wahai Muhammad!" Setiap kali mendengar suara itu, Nabi berlari ketakutan dan menceritakan hal tersebut kepada Abu Bakar, yang pada saat itu adalah sahabatnya di masa jahiliyah.
 
Meskipun Abu Bakar terkenal di kalangan Quraisy dan suku-suku lainnya, sejarah kehidupannya pada masa jahiliyah tidak diketahui secara rinci. Yang diketahui hanyalah bahwa beliau seorang pedagang dan ahli nasab yang dihormati oleh Quraisy serta teman dekat Muhammad bin Abdullah Shallallahu Alaihi Wasallam. Seperti kebanyakan tokoh pada zamannya, tetapi setelah masuk Islam, Abu Bakar menonjol di antara yang lain sebagai orang kedua setelah Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam. Islam memang mengangkat derajat semua pemeluknya, tetapi ada perbedaan di antara mereka berdasarkan siapa yang lebih dahulu masuk Islam, keikhlasan, ketakwaan, dan pengorbanan mereka. Semua ini menjadi ciri khas Abu Bakar Radhiyallahu Anhu.
 
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam berkata kepada Khadijah Radhiyallahu Anha,
 
إِنِّي إِذَا خَلَوْتُ وَحْدِي سَمِعْتُ نِدَاءً، وَقَدْ وَاللهِ خَشِيتُ
 
"Ketika aku sendirian, aku mendengar suara panggilan, dan demi Allah, aku takut." Khadijah menenangkan Nabi dengan berkata,
 
مَعَاذَ اللهِ مَا كَانَ اللهُ لِيَفْعَلَ بِكَ، فَوَاللهِ إِنَّكَ لَتُؤَدِّي الأَمَانَةَ، وَتَصِلُ الرَّحِمَ، وَتُصَدِّقُ الحَدِيثَ
 
"Semoga Allah melindungimu. Demi Allah, Allah tidak akan membiarkanmu celaka, karena engkau selalu menunaikan amanah, menyambung silaturahim, dan selalu berkata jujur."
 
Ketika Abu Bakar masuk, sementara Rasulullah tidak berada di sana, Khadijah menceritakan peristiwa tersebut kepadanya dan berkata,
 
يَا عَتِيقُ! اذْهَبْ مَعَ مُحَمَّدٍ إِلَى وَرَقَةَ
 
"Wahai Atiq! Pergilah bersama Muhammad menemui Waraqah."
 
Tentang ciri-ciri fisik Abu Bakar, Aisyah Radhiyallahu Anha berkata:
 
كَانَ أَبْيَضَ، نَحِيفًا، خَفِيفَ العَارِضَيْنِ، أَجْنَأَ (مُنْحَنِيًا)، لَا يَسْتَمْلِكُ إِزَارَهُ، يَسْتَرْخِي عَنْ حَقْوَيْهِ (كِشْحَيْهِ) - وَالكَشْحُ عِنْدَ الخَاصِرَةِ - مَعْرُوقَ الوَجْهِ، غَائِرَ العَيْنَيْنِ، نَائِي الجَبْهَةِ، عَارِيَ الأَشَاجِعِ
 
"Beliau berkulit putih, kurus, tulang pipinya tipis, tubuhnya sedikit membungkuk. Pakaian yang dikenakannya sering kali melorot dari pinggangnya, dan ketiak (sisi pinggang) sering kali terbuka. Wajahnya penuh dengan urat yang terlihat, matanya cekung, dahinya menonjol, dan ruas jarinya terlihat jelas."
 
Kehidupan Abu Bakar dalam Islam
 
Abu Bakar Ash-Shiddiq Radhiyallahu Anhu adalah sahabat dekat Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam. Ketika Muhammad bin Abdullah diutus sebagai Nabi, Abu Bakar langsung menerima ajaran beliau dan memeluk Islam. Tampaknya, Islamnya Abu Bakar disebabkan oleh keyakinannya terhadap akhlak mulia Nabi dan kecocokan beliau sebagai pembawa risalah, yang disaksikan Abu Bakar selama persahabatan mereka. Selain itu, dia juga mendengar dari orang-orang yang mengaku mengikuti agama hanif, agama Nabi Ibrahim Alaihis Salam, dan dari mereka yang memiliki ilmu tentang kitab-kitab terdahulu mengenai dekatnya kemunculan seorang nabi.
 
Ibnu Asakir meriwayatkan dari Isa bin Yazid, yang berkata bahwa Abu Bakar Ash-Shiddiq Radhiyallahu Anhu berkata:
 
كُنْتُ جَالِسًا بِفِنَاءِ الكَعْبَةِ، وَكَانَ زَيْدُ بْنُ عَمْرِو بْنِ نُفَيْلٍ قَاعِدًا، فَمَرَّ بِهِ أُمَيَّةُ بْنُ أَبِي الصَّلْتِ، فَقَالَ: كَيْفَ أَصْبَحْتَ يَا بَاغِيَ الخَيْرِ؟ قَالَ: بِخَيْرٍ، قَالَ: وَهَلْ وَجَدْتَ؟ قَالَ: لَا، فَقَالَ: كُلُّ دِينٍ يَوْمَ القِيَامَةِ إِلَّا مَا قَضَى اللهُ فِي الحَقِيقَةِ بُورٌ، أَمَا إِنَّ هَذَا النَّبِيَّ الَّذِي يُنْتَظَرُ مِنَّا أَوْ مِنْكُمْ
 
"Aku sedang duduk di halaman Ka'bah bersama Zaid bin Amr bin Nufail, lalu lewat Umayyah bin Abi Shalt. Dia berkata: 'Bagaimana keadaanmu wahai pencari kebaikan?' Zaid menjawab: 'Baik.' Umayyah bertanya: 'Apakah engkau telah menemukan (kebenaran)?' Zaid menjawab: 'Belum.' Kemudian Umayyah berkata: 'Semua agama pada hari kiamat akan punah kecuali yang benar-benar ditetapkan oleh Allah. Sesungguhnya, Nabi yang sedang dinantikan ini berasal dari kami atau dari kalian.'"
 
Abu Bakar melanjutkan:
 
وَلَمْ أَكُنْ سَمِعْتُ قَبْلَ ذَلِكَ بِنَبِيٍّ يُنْتَظَرُ وَيُبْعَثُ، قَالَ: فَخَرَجْتُ إِلَى وَرَقَةَ بْنِ نَوْفَلٍ، وَكَانَ كَثِيرَ النَّظَرِ إِلَى السَّمَاءِ، كَثِيرَ هَمْهَمَةِ الصَّدْرِ، فَاسْتَوْقَفْتُهُ، ثُمَّ قَصَصْتُ عَلَيْهِ الحَدِيثَ، فَقَالَ: نَعَمْ يَا ابْنَ أَخِي إِنَّا أَهْلُ الكُتُبِ وَالعُلُومِ، إِلَّا أَنَّ هَذَا النَّبِيَّ الَّذِي يُنْتَظَرُ مِنْ أَوْسَطِ العَرَبِ نَسَبًا - وَلِي عِلْمٌ بِالنَّسَبِ، وَقَوْمُكَ أَوْسَطُ العَرَبِ نَسَبًا
 
"Aku belum pernah mendengar sebelumnya tentang Nabi yang sedang ditunggu-tunggu. Maka aku pergi menemui Waraqah bin Naufal, seorang yang sering memandang langit dan sering berzikir dalam hatinya. Aku menahannya dan menceritakan kisah tersebut. Dia berkata: 'Iya, wahai anak saudaraku, kami adalah ahli kitab dan ilmu. Nabi yang dinantikan ini berasal dari kalangan Arab dengan nasab yang paling mulia. Dan aku mengetahui nasab bangsa Arab, kaummu adalah yang paling mulia nasabnya di antara orang Arab.'"
 
Abu Bakar melanjutkan dengan bertanya:
 
قُلْتُ: يَا عَمَّ وَمَاذَا يَقُولُ النَّبِيُّ؟ قَالَ: يَقُولُ مَا قِيلَ لَهُ، إِلَّا أَنَّهُ لَا يُظْلَمُ وَلَا يُظْلِمُ، فَلَمَّا بُعِثَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ آمَنْتُ بِهِ وَصَدَّقْتُهُ
 
"Aku bertanya: 'Wahai paman, apa yang akan dikatakan oleh Nabi itu?' Dia menjawab: 'Dia akan berkata apa yang diperintahkan kepadanya, dia tidak berbuat zalim dan tidak dizalimi.' Ketika Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam diutus, aku pun beriman dan membenarkan beliau."
 
Abu Bakar Ash-Shiddiq Radhiyallahu Anhu pernah berkata:
 
خَرَجْتُ أُرِيدُ اليَمَنَ قَبْلَ أَنْ يُبْعَثَ النَّبِيُّ، فَنَزَلْتُ عَلَى شَيْخٍ مِنَ الأَزْدِ، عَالِمٍ، قَدْ قَرَأَ الكُتُبَ، وَعَلِمَ عِلْمًا كَثِيرًا، فَلَمَّا رَآنِي قَالَ: أَحَرَمِيٌّ أَنْتَ؟ قُلْتُ: نَعَمْ، أَنَا مِنْ أَهْلِ الحَرَمِ. قَالَ: وَقُرَشِيٌّ؟ قُلْتُ: نَعَمْ، أَنَا مِنْ قُرَيْشٍ. قَالَ: وَتَيْمِيٌّ؟ قُلْتُ: نَعَمْ، عَبْدُ اللهِ بْنُ عُثْمَانَ مِنْ تَيْمِ بْنِ مُرَّةَ. فَأَخْبَرَهُ أَنَّهُ سَيَكُونُ صَاحِبًا لِنَبِيٍّ يُبْعَثُ فِي الحَرَمِ
 
"Aku keluar menuju Yaman sebelum Nabi diutus. Aku singgah pada seorang tua dari suku Azd, yang merupakan seorang alim yang telah membaca banyak kitab dan memiliki banyak pengetahuan. Ketika dia melihatku, dia berkata: 'Apakah engkau berasal dari Tanah Haram?' Aku menjawab: 'Ya, aku dari Tanah Haram.' Dia bertanya: 'Apakah engkau dari Quraisy?' Aku menjawab: 'Ya, aku dari Quraisy.' Dia bertanya: 'Apakah engkau dari Bani Taim?' Aku menjawab: 'Ya, aku Abdullah bin Utsman dari Bani Taim bin Murrah.' Kemudian dia memberitahuku bahwa aku akan menjadi sahabat seorang Nabi yang akan diutus di Tanah Haram." (Dalam sebuah kisah yang panjang) .
 
Rabiah bin Ka'b berkata:
 
كَانَ إِسْلَامُ أَبِي بَكْرٍ شَبِيهًا بِالوَحْيِ مِنَ السَّمَاءِ، وَذَلِكَ أَنَّهُ كَانَ تَاجِرًا فِي الشَّامِ فَرَأَى رُؤْيَا، فَقَصَّهَا عَلَى بُحَيْرَا الرَّاهِبِ، فَقَالَ لَهُ: مِنْ أَيْنَ أَنْتَ؟ قَالَ: مِنْ مَكَّةَ. قَالَ: مِنْ أَيِّهَا؟ قَالَ: مِنْ قُرَيْشٍ. قَالَ: فَأَيُّ شَيْءٍ أَنْتَ؟ قَالَ: تَاجِرٌ. قَالَ: إِنْ صَدَقَ اللهُ رُؤْيَاكَ، فَإِنَّهُ يُبْعَثُ نَبِيٌّ مِنْ قَوْمِكَ، تَكُونُ وَزِيرَهُ فِي حَيَاتِهِ، وَخَلِيفَتَهُ بَعْدَ مَوْتِهِ
 
"Keislaman Abu Bakar sangat mirip dengan wahyu dari langit. Suatu ketika dia sedang berdagang di Syam dan melihat sebuah mimpi, lalu dia menceritakan mimpi tersebut kepada Buhaira, sang rahib. Buhaira bertanya kepadanya: 'Dari mana asalmu?' Abu Bakar menjawab: 'Dari Mekkah.' Buhaira bertanya lagi: 'Dari suku mana?' Abu Bakar menjawab: 'Dari Quraisy.' Buhaira bertanya: 'Apa pekerjaanmu?' Abu Bakar menjawab: 'Aku seorang pedagang.' Buhaira berkata: 'Jika mimpimu benar, maka akan diutus seorang Nabi dari kaummu. Engkau akan menjadi menterinya semasa hidupnya dan khalifahnya setelah kematiannya.' Maka Abu Bakar pun menyimpan hal itu dalam dirinya."

Bersambung…..

Tag: At-Tarikh Al-Islami.
 
Abdurrahman Al-Amiry
 
Selasa 17/09/24 di Ma’had Imam Al-Albani.

Abdurrahman Al-Amiry adalah seorang penuntut ilmu dan pengkaji islam, serta mudir atau pimpinan ponpes Imam Al-Albani, Prabumulih, Sumsel. Keseharian beliau adalah mengajar dan berdakwah di jalan Allah. Beliau menghabiskan waktu paginya dengan mengajar para santri dan menghabiskan waktu malam dengan berdakwah lepas di berbagai masjid..

0 komentar:

Posting Komentar

Contact Me

Adress

Ma'had Imam Al-Albani, Prabumulih, Sumsel

Phone number

+62 89520172737 (Admin 'Lia')

Website

www.abdurrahmanalamiry.com