Sejarah Khulafaur Rasyidin [4]: Kisah Abu Bakar Mendapatkan Hidayah Islam
Abu Bakar juga tidak
pernah menyembah berhala. Beliau berkata di hadapan para sahabat Rasulullah
Shallallahu Alaihi Wasallam:
ما سجدت لصنم قط، وذلك أني لما ناهزت الحلم أخذني أبو قحافة بيدي فانطلق بي
إلى مخدع فيه الأصنام، فقال لي: هذه آلهتك الشم العوالي وخلاني وذهب، فدنوت من
الصنم وقلت: إني جائع فأطعمني فلم يجبني، فقلت: إني عار فاكسني فلم يجبني، فألقيت
عليه صخرة فخر لوجهه
"Aku tidak pernah
bersujud kepada berhala. Ketika aku hampir baligh, ayahku (Abu Quhafah)
membawaku ke sebuah tempat yang penuh dengan berhala dan berkata, 'Inilah
tuhan-tuhanmu yang tinggi.' Lalu ia meninggalkanku dan pergi. Aku mendekati
berhala itu dan berkata, 'Aku lapar, berikan aku makan.' Tetapi berhala itu
tidak menjawab. Lalu aku berkata, 'Aku telanjang, berikan aku pakaian.' Berhala
itu tetap tidak menjawab. Maka aku melemparkan batu ke arahnya hingga jatuh
tersungkur."
Abu Bakar Ash-Shiddiq
Radhiyallahu Anhu adalah sahabat dan teman dekat Nabi Muhammad Shallallahu
Alaihi Wasallam sebelum masa kenabian. Beliau menemani Nabi ketika pergi
bersama pamannya ke Syam dan bertemu dengan pendeta Buhaira. Ketika wahyu
pertama kali turun, Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam sering mendengar suara
yang memanggilnya, "Wahai Muhammad!" Setiap kali mendengar suara itu,
Nabi berlari ketakutan dan menceritakan hal tersebut kepada Abu Bakar, yang
pada saat itu adalah sahabatnya di masa jahiliyah.
Meskipun Abu Bakar
terkenal di kalangan Quraisy dan suku-suku lainnya, sejarah kehidupannya pada
masa jahiliyah tidak diketahui secara rinci. Yang diketahui hanyalah bahwa
beliau seorang pedagang dan ahli nasab yang dihormati oleh Quraisy serta teman
dekat Muhammad bin Abdullah Shallallahu Alaihi Wasallam. Seperti kebanyakan
tokoh pada zamannya, tetapi setelah masuk Islam, Abu Bakar menonjol di antara
yang lain sebagai orang kedua setelah Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam.
Islam memang mengangkat derajat semua pemeluknya, tetapi ada perbedaan di
antara mereka berdasarkan siapa yang lebih dahulu masuk Islam, keikhlasan,
ketakwaan, dan pengorbanan mereka. Semua ini menjadi ciri khas Abu Bakar
Radhiyallahu Anhu.
Rasulullah shallallahu
alaihi wa sallam berkata kepada Khadijah Radhiyallahu Anha,
إِنِّي إِذَا خَلَوْتُ وَحْدِي سَمِعْتُ نِدَاءً، وَقَدْ وَاللهِ خَشِيتُ
"Ketika aku
sendirian, aku mendengar suara panggilan, dan demi Allah, aku takut."
Khadijah menenangkan Nabi dengan berkata,
مَعَاذَ اللهِ مَا كَانَ اللهُ لِيَفْعَلَ بِكَ، فَوَاللهِ إِنَّكَ
لَتُؤَدِّي الأَمَانَةَ، وَتَصِلُ الرَّحِمَ، وَتُصَدِّقُ الحَدِيثَ
"Semoga Allah
melindungimu. Demi Allah, Allah tidak akan membiarkanmu celaka, karena engkau
selalu menunaikan amanah, menyambung silaturahim, dan selalu berkata
jujur."
Ketika Abu Bakar masuk,
sementara Rasulullah tidak berada di sana, Khadijah menceritakan peristiwa
tersebut kepadanya dan berkata,
يَا عَتِيقُ! اذْهَبْ مَعَ مُحَمَّدٍ إِلَى وَرَقَةَ
"Wahai Atiq!
Pergilah bersama Muhammad menemui Waraqah."
Tentang ciri-ciri fisik Abu Bakar, Aisyah Radhiyallahu
Anha berkata:
كَانَ أَبْيَضَ، نَحِيفًا، خَفِيفَ العَارِضَيْنِ،
أَجْنَأَ (مُنْحَنِيًا)، لَا يَسْتَمْلِكُ إِزَارَهُ، يَسْتَرْخِي عَنْ حَقْوَيْهِ
(كِشْحَيْهِ) - وَالكَشْحُ عِنْدَ الخَاصِرَةِ - مَعْرُوقَ الوَجْهِ، غَائِرَ
العَيْنَيْنِ، نَائِي الجَبْهَةِ، عَارِيَ الأَشَاجِعِ
"Beliau berkulit putih, kurus, tulang pipinya
tipis, tubuhnya sedikit membungkuk. Pakaian yang dikenakannya sering kali
melorot dari pinggangnya, dan ketiak (sisi pinggang) sering kali terbuka.
Wajahnya penuh dengan urat yang terlihat, matanya cekung, dahinya menonjol, dan
ruas jarinya terlihat jelas."
Kehidupan Abu Bakar dalam Islam
Abu Bakar Ash-Shiddiq Radhiyallahu Anhu adalah sahabat
dekat Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam. Ketika Muhammad bin Abdullah
diutus sebagai Nabi, Abu Bakar langsung menerima ajaran beliau dan memeluk
Islam. Tampaknya, Islamnya Abu Bakar disebabkan oleh keyakinannya terhadap
akhlak mulia Nabi dan kecocokan beliau sebagai pembawa risalah, yang disaksikan
Abu Bakar selama persahabatan mereka. Selain itu, dia juga mendengar dari
orang-orang yang mengaku mengikuti agama hanif, agama Nabi Ibrahim Alaihis
Salam, dan dari mereka yang memiliki ilmu tentang kitab-kitab terdahulu
mengenai dekatnya kemunculan seorang nabi.
Ibnu Asakir meriwayatkan dari Isa bin Yazid, yang
berkata bahwa Abu Bakar Ash-Shiddiq Radhiyallahu Anhu berkata:
كُنْتُ جَالِسًا بِفِنَاءِ الكَعْبَةِ، وَكَانَ
زَيْدُ بْنُ عَمْرِو بْنِ نُفَيْلٍ قَاعِدًا، فَمَرَّ بِهِ أُمَيَّةُ بْنُ أَبِي
الصَّلْتِ، فَقَالَ: كَيْفَ أَصْبَحْتَ يَا بَاغِيَ الخَيْرِ؟ قَالَ: بِخَيْرٍ، قَالَ:
وَهَلْ وَجَدْتَ؟ قَالَ: لَا، فَقَالَ: كُلُّ دِينٍ يَوْمَ القِيَامَةِ إِلَّا مَا
قَضَى اللهُ فِي الحَقِيقَةِ بُورٌ، أَمَا إِنَّ هَذَا النَّبِيَّ الَّذِي
يُنْتَظَرُ مِنَّا أَوْ مِنْكُمْ
"Aku sedang duduk di halaman Ka'bah bersama Zaid
bin Amr bin Nufail, lalu lewat Umayyah bin Abi Shalt. Dia berkata: 'Bagaimana
keadaanmu wahai pencari kebaikan?' Zaid menjawab: 'Baik.' Umayyah bertanya:
'Apakah engkau telah menemukan (kebenaran)?' Zaid menjawab: 'Belum.' Kemudian
Umayyah berkata: 'Semua agama pada hari kiamat akan punah kecuali yang
benar-benar ditetapkan oleh Allah. Sesungguhnya, Nabi yang sedang dinantikan
ini berasal dari kami atau dari kalian.'"
Abu Bakar melanjutkan:
وَلَمْ أَكُنْ سَمِعْتُ قَبْلَ ذَلِكَ بِنَبِيٍّ
يُنْتَظَرُ وَيُبْعَثُ، قَالَ: فَخَرَجْتُ إِلَى وَرَقَةَ بْنِ نَوْفَلٍ، وَكَانَ
كَثِيرَ النَّظَرِ إِلَى السَّمَاءِ، كَثِيرَ هَمْهَمَةِ الصَّدْرِ،
فَاسْتَوْقَفْتُهُ، ثُمَّ قَصَصْتُ عَلَيْهِ الحَدِيثَ، فَقَالَ: نَعَمْ يَا ابْنَ
أَخِي إِنَّا أَهْلُ الكُتُبِ وَالعُلُومِ، إِلَّا أَنَّ هَذَا النَّبِيَّ الَّذِي
يُنْتَظَرُ مِنْ أَوْسَطِ العَرَبِ نَسَبًا - وَلِي عِلْمٌ بِالنَّسَبِ،
وَقَوْمُكَ أَوْسَطُ العَرَبِ نَسَبًا
"Aku belum pernah mendengar sebelumnya tentang
Nabi yang sedang ditunggu-tunggu. Maka aku pergi menemui Waraqah bin Naufal,
seorang yang sering memandang langit dan sering berzikir dalam hatinya. Aku
menahannya dan menceritakan kisah tersebut. Dia berkata: 'Iya, wahai anak
saudaraku, kami adalah ahli kitab dan ilmu. Nabi yang dinantikan ini berasal
dari kalangan Arab dengan nasab yang paling mulia. Dan aku mengetahui nasab
bangsa Arab, kaummu adalah yang paling mulia nasabnya di antara orang
Arab.'"
Abu Bakar melanjutkan dengan bertanya:
قُلْتُ: يَا عَمَّ وَمَاذَا يَقُولُ النَّبِيُّ؟
قَالَ: يَقُولُ مَا قِيلَ لَهُ، إِلَّا أَنَّهُ لَا يُظْلَمُ وَلَا يُظْلِمُ،
فَلَمَّا بُعِثَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ آمَنْتُ بِهِ
وَصَدَّقْتُهُ
"Aku bertanya: 'Wahai paman, apa yang akan
dikatakan oleh Nabi itu?' Dia menjawab: 'Dia akan berkata apa yang
diperintahkan kepadanya, dia tidak berbuat zalim dan tidak dizalimi.' Ketika
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam diutus, aku pun beriman dan membenarkan
beliau."
Abu Bakar Ash-Shiddiq Radhiyallahu Anhu pernah
berkata:
خَرَجْتُ أُرِيدُ اليَمَنَ قَبْلَ أَنْ يُبْعَثَ
النَّبِيُّ، فَنَزَلْتُ عَلَى شَيْخٍ مِنَ الأَزْدِ، عَالِمٍ، قَدْ قَرَأَ
الكُتُبَ، وَعَلِمَ عِلْمًا كَثِيرًا، فَلَمَّا رَآنِي قَالَ: أَحَرَمِيٌّ أَنْتَ؟
قُلْتُ: نَعَمْ، أَنَا مِنْ أَهْلِ الحَرَمِ. قَالَ: وَقُرَشِيٌّ؟ قُلْتُ: نَعَمْ،
أَنَا مِنْ قُرَيْشٍ. قَالَ: وَتَيْمِيٌّ؟ قُلْتُ: نَعَمْ، عَبْدُ اللهِ بْنُ
عُثْمَانَ مِنْ تَيْمِ بْنِ مُرَّةَ. فَأَخْبَرَهُ أَنَّهُ سَيَكُونُ صَاحِبًا
لِنَبِيٍّ يُبْعَثُ فِي الحَرَمِ
"Aku keluar menuju Yaman sebelum Nabi diutus. Aku
singgah pada seorang tua dari suku Azd, yang merupakan seorang alim yang telah
membaca banyak kitab dan memiliki banyak pengetahuan. Ketika dia melihatku, dia
berkata: 'Apakah engkau berasal dari Tanah Haram?' Aku menjawab: 'Ya, aku dari
Tanah Haram.' Dia bertanya: 'Apakah engkau dari Quraisy?' Aku menjawab: 'Ya, aku
dari Quraisy.' Dia bertanya: 'Apakah engkau dari Bani Taim?' Aku menjawab: 'Ya,
aku Abdullah bin Utsman dari Bani Taim bin Murrah.' Kemudian dia memberitahuku
bahwa aku akan menjadi sahabat seorang Nabi yang akan diutus di Tanah
Haram." (Dalam sebuah kisah yang panjang) .
Rabiah bin Ka'b berkata:
كَانَ إِسْلَامُ أَبِي بَكْرٍ شَبِيهًا بِالوَحْيِ
مِنَ السَّمَاءِ، وَذَلِكَ أَنَّهُ كَانَ تَاجِرًا فِي الشَّامِ فَرَأَى رُؤْيَا،
فَقَصَّهَا عَلَى بُحَيْرَا الرَّاهِبِ، فَقَالَ لَهُ: مِنْ أَيْنَ أَنْتَ؟ قَالَ:
مِنْ مَكَّةَ. قَالَ: مِنْ أَيِّهَا؟ قَالَ: مِنْ قُرَيْشٍ. قَالَ: فَأَيُّ شَيْءٍ
أَنْتَ؟ قَالَ: تَاجِرٌ. قَالَ: إِنْ صَدَقَ اللهُ رُؤْيَاكَ، فَإِنَّهُ يُبْعَثُ
نَبِيٌّ مِنْ قَوْمِكَ، تَكُونُ وَزِيرَهُ فِي حَيَاتِهِ، وَخَلِيفَتَهُ بَعْدَ
مَوْتِهِ
"Keislaman Abu Bakar sangat mirip dengan wahyu
dari langit. Suatu ketika dia sedang berdagang di Syam dan melihat sebuah
mimpi, lalu dia menceritakan mimpi tersebut kepada Buhaira, sang rahib. Buhaira
bertanya kepadanya: 'Dari mana asalmu?' Abu Bakar menjawab: 'Dari Mekkah.'
Buhaira bertanya lagi: 'Dari suku mana?' Abu Bakar menjawab: 'Dari Quraisy.'
Buhaira bertanya: 'Apa pekerjaanmu?' Abu Bakar menjawab: 'Aku seorang
pedagang.' Buhaira berkata: 'Jika mimpimu benar, maka akan diutus seorang Nabi
dari kaummu. Engkau akan menjadi menterinya semasa hidupnya dan khalifahnya
setelah kematiannya.' Maka Abu Bakar pun menyimpan hal itu dalam dirinya."
Bersambung…..
Tag: At-Tarikh Al-Islami.
Abdurrahman Al-Amiry
Selasa 17/09/24 di Ma’had Imam Al-Albani.
Abdurrahman Al-Amiry
Selasa 17/09/24 di Ma’had Imam Al-Albani.
0 komentar:
Posting Komentar