Abdurrahman Al-Amiry

Abdurrahman Al-Amiry

Abdurrahman Al-Amiry

Abdurrahman Al-Amiry

Abdurrahman Al-Amiry

Selasa, 10 September 2024

Sejarah Khulafaur Rasyidin [2]: Para Khulafa Saling Menyayangi

Para Khulafaur Rasyidin Saling Menyayangi
 
Setiap bangsa mencatat sejarahnya dengan cara yang berbeda. Kesalahan dalam sejarah biasanya dijelaskan dengan pemberian udzur yang membuat tindakan tersebut dapat dimaklumi, sehingga generasi penerus tetap merasa bangga dan mengambil pelajaran dari kesalahan tersebut. Mereka juga menonjolkan sisi positif sejarah dengan cara yang memukau, menjadikan sejarah sebagai sumber kebanggaan.
 
Namun, sejarah umat Islam sering kali mengalami penyelewengan akibat perpecahan antar kelompok. Masing-masing kelompok berusaha merendahkan yang lain, memfokuskan perhatian pada perselisihan, dan membesar-besarkan pertempuran yang terjadi. Akibatnya, sejarah seolah hanya berisi konflik, mengabaikan aspek-aspek kebesaran dari periode tersebut. Lebih baik jika pertempuran itu dijelaskan dengan memperhatikan kondisi yang melatarbelakanginya.
 
Pada awalnya, perpecahan di kalangan umat Islam tidak seperti yang kita kenal sekarang. Awalnya, istilah "Syiah" hanya berarti dukungan dan pembelaan terhadap Ali Radhiyallahu Anhu dan tidak lebih dari itu. Namun, seiring berjalannya waktu, terutama di akhir abad ketiga hijriah, istilah ini mulai berkembang menjadi paham dan keyakinan yang berbeda. Orang-orang yang mengklaim sebagai pendukung Ali mulai menulis sejarah dengan cara yang merendahkan lawan-lawan mereka, bahkan menambahkan cerita dan doktrin yang tidak pernah dikenal oleh generasi awal umat Islam.
 
Penulisan sejarah ini mulai gencar pada masa dinasti Abbasiyah yang memiliki kepentingan politik untuk meruntuhkan citra Bani Umayyah, bahkan sampai mencemarkan nama Khalifah Utsman bin Affan Radhiyallahu Anhu. Akibatnya, muncul narasi yang menuduh para khalifah sebelumnya sebagai perampas hak Ali, dan hadits-hadits palsu dibuat untuk mendukung klaim bahwa Ali adalah penerus yang sah. Hal ini menyebabkan perbedaan pendapat yang tajam dalam sejarah Islam, di mana setiap kelompok hanya mempercayai narasi yang sesuai dengan keyakinan mereka sendiri dan menolak narasi lain.
 
Seperti akidah Syiah Itsna Asyariyyah:
 
Menurut ajaran Syi'ah Itsna 'Asyariyah, Imamah (kepemimpinan dua belas imam) merupakan rukun Islam yang paling utama, bahkan lebih utama daripada rukun-rukun lainnya. Mereka meyakini bahwa Imamah adalah kedudukan ilahi seperti kenabian, di mana para imam menerima wahyu, didukung dengan mukjizat, dan maksum (terjaga dari kesalahan) secara mutlak. Keyakinan ini menjadikan Imamah sebagai fondasi utama dalam ajaran mereka.
 
Para ulama Syi'ah cenderung membatasi definisi Ahlul Bait hanya pada putri bungsu Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam, yaitu Fatimah Radhiyallahu Anha, suaminya Ali, dan kedua putranya Hasan dan Husain Radhiyallahu Anhum, serta sembilan keturunan dari Husain. Mereka mengabaikan para khalifah Muslim sepanjang sejarah dan meremehkan pencapaian mereka dalam membela Islam dan kaum Muslimin, yang sebenarnya merupakan tokoh-tokoh penting dalam sejarah Islam.
 
Berikut adalah dua belas imam yang dianggap maksum dan memiliki kedudukan istimewa dalam ajaran Syi'ah Itsna 'Asyariyah:
 
1.      Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu Anhu (600–661 M)
2.      Hasan bin Ali Radhiyallahu Anhu (625–670 M)
3.      Husain bin Ali Radhiyallahu Anhu (626–680 M)
4.      Ali Zainal Abidin bin Husain (659–713 M)
5.      Muhammad al-Baqir bin Ali Zainal Abidin (676–732 M)
6.      Ja'far ash-Shadiq bin Muhammad al-Baqir (702–765 M)
7.      Musa al-Kazim bin Ja'far ash-Shadiq (745–799 M)
8.      Ali ar-Ridha bin Musa al-Kazim (766–818 M)
9.      Muhammad al-Jawad bin Ali ar-Ridha (811–835 M)
10.    Ali al-Hadi bin Muhammad al-Jawad (828–868 M)
11.    Hasan al-Askari bin Ali al-Hadi (844–874 M)
12.    Muhammad al-Mahdi bin Hasan al-Askari (lahir tahun 868 M, yang menurut keyakinan mereka masih hidup dan bersembunyi di gua hingga kini sebagai Imam Mahdi yang ditunggu-tunggu kemunculannya).
 
Inilah dua belas imam yang mereka yakini memiliki kemaksuman dan kedudukan yang sangat istimewa dalam ajaran Syi'ah Itsna 'Asyariyah. Kepercayaan ini menjadi dasar utama dalam berbagai ajaran dan praktik keagamaan mereka, serta membedakan mereka dari mayoritas Muslim lainnya.
 
Mereka dijuluki sebagai Rafidhah karena menolak kekhalifahan Abu Bakar dan Umar Radhiyallahu Anhuma, atau karena mereka menolak Zaid bin Ali Radhiyallahu Anhu ketika beliau mendoakan rahmat bagi Abu Bakar dan Umar Radhiyallahu Anhuma. Julukan ini mencerminkan penolakan mereka terhadap para sahabat utama Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam dan sikap mereka yang berbeda dari mayoritas umat Islam.
 
Pertanyaan untuk Syi'ah:
 
Jika Ali Radhiyallahu Anhu mengetahui bahwa dirinya adalah khalifah yang diangkat oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala, sebagaimana yang diklaim oleh Syi'ah, mengapa beliau berbaiat kepada Abu Bakar, Umar, dan Utsman Radhiyallahu Anhum? Pertanyaan ini sangat penting karena berbaiatnya Ali Radhiyallahu Anhu kepada tiga khalifah tersebut menunjukkan penerimaan dan penghormatan beliau terhadap kepemimpinan mereka.
 
Jika Syi'ah mengatakan bahwa "Beliau tidak mampu," maka orang yang tidak mampu tidak layak menjadi imam; karena Imamah hanya diberikan kepada orang yang mampu menanggung beban tanggung jawabnya.
 
Jika mereka mengatakan bahwa "Beliau mampu namun tidak melakukannya," maka itu adalah pengkhianatan. Dan seorang pengkhianat tidak layak menjadi imam! Dia tidak bisa dipercaya untuk mengurus umat.

Sehingga banyak sekali cerita-cerita yang diselewengkan, seakan ada banyak pertikaian antara Ali bin Abi Thalid dengan para Khulafaur Rasyidin yang lain.
 
Kesulitan dalam memahami peristiwa masa lalu sering kali terjadi karena kita melihatnya melalui kacamata zaman sekarang, di mana informasi dapat tersebar dengan cepat dan keinginan untuk berkuasa sering kali mendominasi.
 
Pada masa lalu, komunikasi sangat lambat jarak antara Madinah dan Damaskus memakan waktu sebulan untuk pulang pergi, dan selama itu, banyak hal bisa berubah tanpa ada kabar yang sampai dengan akurat. Informasi sering kali disampaikan dengan cara yang berbeda dari kenyataannya, menyebabkan kebingungan dan kesalahpahaman, ini dimaklumi karena kondisi yang sulit.
 
Pada zaman sekarang, kita membayangkan peristiwa masa lalu seolah-olah terjadi dalam kondisi modern, dengan telepon, radio, dan teknologi komunikasi lainnya yang memungkinkan penyebaran berita dalam hitungan detik.
 
Namun, kenyataannya, para khalifah rasyidin tidak mengejar kekuasaan, bahkan mereka sering menghindar dari memberikan keputusan. Seperti pada peristiwa di Saqifah, di mana Abu Bakar, Umar, dan Abu Ubaidah saling mendorong tanggung jawab kepada yang lain. Ali Radhiyallahu Anhu bahkan pernah berkata bahwa jika bukan karena kewajiban agama dan kehadiran para pendukungnya, ia lebih memilih menghindari urusan dunia ini.
 
Dan mari kita selalu ingat apa yang dikatakan oleh Ali Radhiyallahu Anhu:
 
أَمَّا وَالَّذِي فَلَقَ الْحَبَّةَ وَبَرَأَ النَّسَمَةَ، لَوْلَا حُضُورُ الْحَاضِرِ، وَقِيَامُ الْحُجَّةِ بِوُجُودِ النَّاصِرِ، وَمَا أَخَذَ اللَّهُ عَلَى الْعُلَمَاءِ أَلَّا يُقِرُّوا عَلَى كَظَّةِ ظَالِمٍ وَلَا سَغَبِ مَظْلُومٍ، لَأَلْقَيْتُ حَبْلَهَا عَلَى غَارِبِهَا، وَلَسَقَيْتُ آخِرَهَا بِكَأْسِ أُولَاهَا، وَلَأَلْفَيْتُمْ دُنْيَاكُمْ هَذِهِ أَزْهَدَ عِنْدِي مِنْ عَفْطَةِ عَنْزٍ
 
“Demi Allah yang membelah biji dan menciptakan kehidupan, jika bukan karena hadirnya orang-orang yang hadir dan tegaknya hujah dengan adanya pendukung, serta kewajiban Allah kepada para ulama untuk tidak membiarkan seorang zalim terus kenyang sementara seorang yang tertindas kelaparan, niscaya aku akan meninggalkan urusan ini dan membiarkannya, dan aku akan mengakhiri urusan ini sebagaimana awalnya, dan sungguh kalian akan mendapati dunia kalian ini lebih tidak berharga bagiku daripada ingus kambing.”
 
Kita sering membicarakan masa itu dengan pikiran yang penuh dengan ambisi kekuasaan, revolusi, dan perebutan kekuatan, padahal realitasnya sangat berbeda.
 
Namun, kenyataannya, para sahabat, terutama para khalifah rasyidin, saling mencintai dan menghormati satu sama lain. Mereka saling berkonsultasi dan bekerja sama dengan tulus. Hubungan ini tidak hanya terbatas pada mereka sendiri tetapi juga mencakup para keturunan dan keluarga Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam. Bahkan khalifah dari Dinasti Umayyah dan Abbasiyah menunjukkan rasa hormat yang besar terhadap keluarga Nabi dan para sahabat. Penting bagi kita untuk memahami kenyataan ini dan menghindari pandangan yang dipenuhi oleh kebencian dan prasangka antara kelompok-kelompok tersebut.
 
Disebutkan kedekatakan Umar dengan keluarga Ali:
 
كَسَا عُمَرُ بْنُ الخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَصْحَابَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلَمْ يَكُنْ فِيهَا مَا يَصْلُحُ لِلْحَسَنِ وَالْحُسَيْنِ، فَبَعَثَ إِلَى اليَمَنِ فَأُتِيَ بِهِمَا بِكِسْوَةٍ فَقَالَ: "الآنَ طَابَتْ نَفْسِي
 
Umar bin Khattab Radhiyallahu Anhu pernah memberikan pakaian kepada para sahabat Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam, namun tidak ada yang cocok untuk Hasan dan Husain. Maka, ia mengirim utusan ke Yaman untuk membawakan pakaian bagi mereka berdua. Setelah pakaian itu tiba, Umar berkata, "Sekarang hatiku merasa tenang."
 
وَأَمَرَ عُمَرُ بْنُ الخَطَّابِ الحُسَيْنَ بْنَ عَلِيٍّ أَنْ يَأْتِيَهُ فِي بَعْضِ الحَاجَةِ. قَالَ الحُسَيْنُ: فَلَقِيتُ عَبْدَ اللهِ بْنَ عُمَرَ فَقُلْتُ لَهُ: مِنْ أَيْنَ جِئْتَ؟ فَقَالَ: اسْتَأْذَنْتُ عَلَى عُمَرَ فَلَمْ يَأْذَنْ لِي. فَرَجَعَ الحُسَيْنُ فَلَقِيَهُ عُمَرُ فَقَالَ: مَا مَنَعَكَ يَا حُسَيْنُ أَنْ تَأْتِيَنِي؟ قَالَ: قَدْ أَتَيْتُكَ وَلَكِنْ أَخْبَرَنِي عَبْدُ اللهِ بْنُ عُمَرَ أَنَّهُ لَمْ يُؤْذَنْ لَهُ عَلَيْكَ فَرَجَعْتُ. فَقَالَ عُمَرُ: وَأَنْتَ عِنْدِي مِثْلُهُ؟ أنت أعز عليه وأكرم من عبد الله
 
Umar bin Khattab juga pernah memerintahkan Husain bin Ali untuk menemuinya karena ada suatu keperluan. Husain berkata, "Aku bertemu dengan Abdullah bin Umar dan bertanya kepadanya, 'Dari mana kamu datang?' Dia menjawab, 'Aku meminta izin untuk menemui Umar, tetapi tidak diizinkan.' Maka, Husain pun kembali. Ketika Umar bertemu dengannya, Umar bertanya, 'Mengapa kamu tidak datang menemuiku, wahai Husain?' Husain menjawab, 'Aku datang, tetapi Abdullah bin Umar memberitahuku bahwa dia tidak diizinkan masuk, maka aku pun kembali.' Umar berkata, 'Apakah kamu sama seperti dia? Apakah kamu tidak tahu bahwa kamu lebih aku cintai daripada Abdullah bin Umar?'"
 
وأخرج الترمذي عن عمر رضي الله عنه قال: "أبو بكر سيدنا، وخيرنا، وأحبنا إلى رسول الله صلى الله عليه وسلم."
 
“Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi bahwa Umar Radhiyallahu Anhu berkata, "Abu Bakar adalah pemimpin kita, yang terbaik di antara kita, dan yang paling dicintai oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam."
 
وأخرج البخاري وأحمد عن محمد بن الحنفية قال: قلت لأبي (يعني علي بن أبي طالب رضي الله عنه): أي الناس خير بعد النبي صلى الله عليه وسلم؟ قال: "أبو بكر". قلت: ثم من؟ قال: "عمر". وخشيت أن يقول عثمان. قلت: ثم أنت؟ قال: "ما أنا إلا رجل من المسلمين".
 
Al-Bukhari dan Ahmad meriwayatkan dari Muhammad bin Al-Hanafiyah yang berkata, "Aku bertanya kepada ayahku (Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu Anhu), 'Siapakah manusia terbaik setelah Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam?' Dia menjawab, 'Abu Bakar.' Aku bertanya lagi, 'Kemudian siapa?' Dia menjawab, 'Umar.' Aku khawatir dia akan menyebut Utsman, maka aku bertanya, 'Kemudian engkau?' Ali menjawab, 'Aku hanyalah salah satu dari kaum Muslimin.'"
 
Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu Anhu pernah ditanya tentang Abu Bakar dan Umar Radhiyallahu Anhuma. Beliau berkata kepada si penanya:
 
عَلَى الخَبِيرِ سَقَطْتَ، كَانَا وَاللهِ إِمَامَي هُدًى، هَادِيَيْنِ، مَهْدِيَيْنِ، رَاشِدَيْنِ، مُرْشِدَيْنِ، مُصْلِحَيْنِ، مُنَجِّحَيْنِ، خَرَجَا مِنَ الدُّنْيَا خَمِيصَيْنِ
 
"Engkau telah bertanya kepada yang mengetahui. Demi Allah, mereka berdua adalah imam petunjuk, pembimbing, yang mendapat petunjuk, bijaksana, penunjuk jalan, pemimpin yang saleh, dan sukses. Mereka meninggalkan dunia ini dalam keadaan lapar."
 
Beliau juga berkata:
 
جَعَلَ اللهُ أَبَا بَكْرٍ وَعُمَرَ حُجَّةً عَلَى مَنْ بَعْدَهُمَا إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ، فَسَبَقَا وَاللهِ سَبْقًا بَعِيدًا وَأَتْعَبَا مَنْ بَعْدَهُمَا إِتْعَابًا شَدِيدًا
 
"Allah menjadikan Abu Bakar dan Umar sebagai hujah atas orang-orang setelah mereka hingga hari kiamat. Demi Allah, mereka berdua telah melampaui jauh ke depan dan membuat orang-orang setelah mereka sangat letih mengejar ketinggalan mereka."
 
Suatu hari, ketika Ali sedang mengadili perkara di Kufah, seorang pria berkata kepadanya:
 
يَا خَيْرَ النَّاسِ، انْظُرْ فِي أَمْرِي، فَوَاللهِ مَا رَأَيْتُ أَحَدًا هُوَ خَيْرٌ مِنْكَ
 
"Wahai sebaik-baik manusia, perhatikanlah urusanku. Demi Allah, aku belum pernah melihat seseorang yang lebih baik darimu."
 
Ali berkata:
 
قَدِّمُوهُ
 
"Bawa dia kemari," dan dia pun dibawa ke hadapan Ali.
 
Ali bertanya kepadanya:
 
هَلْ رَأَيْتَ رَسُولَ اللهِ؟
 
"Apakah engkau pernah melihat Rasulullah?"
 
Pria itu menjawab:
 
لَا
 
"Tidak."
 
Ali bertanya lagi:
 
هَلْ رَأَيْتَ أَبَا بَكْرٍ وَعُمَرَ؟
 
"Apakah engkau pernah melihat Abu Bakar dan Umar?"
 
Pria itu menjawab:
 
لَا
 
"Tidak."
 
Ali berkata:
 
لَوْ أَخْبَرْتَنِي أَنَّكَ رَأَيْتَ رَسُولَ اللهِ لَضَرَبْتُ عُنُقَكَ، وَلَوْ أَخْبَرْتَنِي أَنَّكَ رَأَيْتَ أَبَا بَكْرٍ وَعُمَرَ لَأَوْجَعْتُكَ ضَرْبًا
 
"Seandainya engkau mengatakan bahwa engkau telah melihat Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam, niscaya aku akan memenggal lehermu. Dan seandainya engkau mengatakan bahwa engkau telah melihat Abu Bakar dan Umar, niscaya aku akan memukulmu dengan keras."
 
Ali Radhiyallahu Anhu juga berkata, setiap kali Abu Bakar disebutkan di hadapannya:
 
السَّبَّاقُ، وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ مَا اسْتَبَقْنَا إِلَى خَيْرٍ إِلَّا سَبَقَنَا إِلَيْهِ أَبُو بَكْرٍ
 
"Dia adalah yang terdepan. Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, tidaklah kami berlomba-lomba dalam kebaikan kecuali Abu Bakar selalu mendahului kami."
 
عن أبي هريرة ، قال : قال رسول الله - صلى الله عليه وسلم : " من أصبح منكم اليوم صائما ؟ " قال أبو بكر : أنا ، قال : " فمن تبع منكم اليوم جنازة ؟ " قال أبو بكر : أنا ، قال : " فمن أطعم منكم اليوم مسكينا ؟ " قال أبو بكر : أنا ، قال : " فمن عاد منكم اليوم مريضا ؟ " قال أبو بكر : أنا ، فقال رسول الله - صلى الله عليه وسلم : " ما اجتمعن في امرئ إلا دخل الجنة . رواه مسلم في الصحيح عن ابن أبي عمر .
 
Dari Abu Hurairah, dia berkata: Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda: "Siapa di antara kalian yang hari ini berpuasa?" Abu Bakar berkata: "Aku." Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda: "Siapa di antara kalian yang hari ini mengikuti jenazah?" Abu Bakar berkata: "Aku." Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda: "Siapa di antara kalian yang hari ini memberi makan orang miskin?" Abu Bakar berkata: "Aku." Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda: "Siapa di antara kalian yang hari ini menjenguk orang sakit?" Abu Bakar berkata: "Aku." Maka Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda: "Tidaklah semua itu terkumpul dalam diri seseorang kecuali dia masuk surga." (HR. Muslim)
 
عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ يَقُولُ: " أَمَرَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمًا أَنْ نَتَصَدَّقَ، فَوَافَقَ ذَلِكَ مَالًا عِنْدِي، فَقُلْتُ: الْيَوْمَ أَسْبِقُ أَبَا بَكْرٍ إِنْ سَبَقْتُهُ يَوْمًا، فَجِئْتُ بِنِصْفِ مَالِي، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «مَا أَبْقَيْتَ لِأَهْلِكَ؟»، قُلْتُ: مِثْلَهُ، قَالَ: وَأَتَى أَبُو بَكْرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ بِكُلِّ مَا عِنْدَهُ، فَقَالَ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «مَا أَبْقَيْتَ لِأَهْلِكَ؟» قَالَ: أَبْقَيْتُ لَهُمُ اللَّهَ وَرَسُولَهُ، قُلْتُ: لَا أُسَابِقُكَ إِلَى شَيْءٍ أَبَدًا
 
Umar bin Khattab Radhiyallahu Anhu berkata: "Suatu hari Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam memerintahkan kami untuk bersedekah, dan kebetulan saat itu aku memiliki harta. Aku berkata, 'Hari ini aku akan mengalahkan Abu Bakar jika aku bisa mengalahkannya dalam satu hari.' Lalu aku datang dengan setengah dari hartaku, dan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda: 'Apa yang engkau tinggalkan untuk keluargamu?' Aku berkata, 'Sebanyak itu juga.' Kemudian datanglah Abu Bakar Radhiyallahu Anhu dengan semua hartanya, dan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda kepadanya: 'Apa yang engkau tinggalkan untuk keluargamu?' Abu Bakar berkata: 'Aku tinggalkan untuk mereka Allah dan Rasul-Nya.' Maka aku berkata: 'Aku tidak akan pernah bisa mengalahkanmu dalam hal apapun selamanya.'" (HR. Abu Daud)
 
عَنْ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ، قَالَ: مَرَّ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَنَا مَعَهُ وَأَبُو بَكْرٍ، عَلَى عَبْدِ اللهِ بْنِ مَسْعُودٍ وَهُوَ يَقْرَأُ، فَقَامَ فَتَسَمَّعَ (1) قِرَاءَتَهُ، ثُمَّ رَكَعَ عَبْدُ اللهِ، وَسَجَدَ، قَالَ: فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " سَلْ تُعْطَهْ، سَلْ تُعْطَهْ "، قَالَ: ثُمَّ مَضَى رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَالَ: " مَنْ سَرَّهُ أَنْ يَقْرَأَ الْقُرْآنَ غَضًّا كَمَا أُنْزِلَ، فَلْيَقْرَأْهُ مِنَ ابْنِ أُمِّ عَبْدٍ ". قَالَ: فَأَدْلَجْتُ إِلَى عَبْدِ اللهِ بْنِ مَسْعُودٍ لِأُبَشِّرَهُ بِمَا قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: فَلَمَّا ضَرَبْتُ الْبَابَ - أَوْ قَالَ: لَمَّا سَمِعَ صَوْتِي - قَالَ: مَا جَاءَ بِكَ هَذِهِ السَّاعَةَ؟ قُلْتُ: جِئْتُ لِأُبَشِّرَكَ بِمَا قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. قَالَ: قَدْ سَبَقَكَ أَبُو بَكْرٍ. قُلْتُ: إِنْ يَفْعَلْ فَإِنَّهُ (2) سَبَّاقٌ بِالْخَيْرَاتِ، مَا اسْتَبَقْنَا خَيْرًا قَطُّ إِلَّا سَبَقَنَا إِلَيْهَا أَبُو بَكْرٍ
 
Dari Umar bin Khattab Radhiyallahu Anhu, dia berkata:
"Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam pernah melewati Abdullah bin Mas'ud yang sedang membaca Al-Qur'an, dan aku bersamanya, juga Abu Bakar. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam berdiri mendengarkan bacaannya. Ketika Abdullah rukuk dan sujud, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda: 'Mintalah, niscaya engkau akan diberi. Mintalah, niscaya engkau akan diberi.' Kemudian Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam melanjutkan perjalanannya, dan bersabda: 'Barang siapa yang ingin membaca Al-Qur'an seperti saat diturunkan, maka bacalah dari Ibnu Umm Abd (Abdullah bin Mas'ud).' Aku pun pergi menemui Abdullah bin Mas'ud untuk menyampaikan kabar gembira tentang apa yang disabdakan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam. Ketika aku mengetuk pintu, atau ketika dia mendengar suaraku, dia bertanya: 'Apa yang membawamu ke sini pada waktu ini?' Aku berkata: 'Aku datang untuk memberikan kabar gembira tentang apa yang disabdakan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam.' Dia berkata: 'Abu Bakar telah mendahuluimu.' Aku berkata: 'Jika dia melakukannya, memang dia adalah yang tercepat dalam melakukan kebaikan. Tidak pernah kami berlomba dalam kebaikan kecuali Abu Bakar selalu mendahului kami.'" (HR. Ahmad)
 
Seorang pria datang kepada Ali Radhiyallahu Anhu dan berkata:
 
يا أمير المؤمنين، كيف سبق المهاجرون والأنصار إلى بيعة أبي بكر وأنت أسبق منه سابقة؟
 
"Wahai Amirul Mukminin, bagaimana bisa para Muhajirin dan Anshar mendahului memberikan baiat kepada Abu Bakar, padahal engkau lebih dahulu dalam segala hal?" Ali menjawab:
 
سَبَقَنِي أَبُو بَكْرٍ إِلَى أَرْبَعٍ لَمْ أُوتَهُنَّ وَلَمْ أَعْتَضْ مِنْهُنَّ بِشَيْءٍ: سَبَقَنِي إِلَى إِفْشَاءِ الإِسْلَامِ، وَقَدَّمَ الهِجْرَةَ، وَمُصَاحَبَةَ النَّبِيِّ فِي الغَارِ، وَإِتْمَامِ الصَّلاةِ وَأَنَا يَوْمَئِذٍ بِالشِّعْبِ أُظْهِرُ الإِسْلَامَ وَأُخْفِيهِ وَتَسْتَحْقِرُنِي قُرَيْشٌ وَتَسْتَوْفِيهِ. وَاللهِ لَوْ أَنَّ أَبَا بَكْرٍ زَالَ عَنْ مَزِيَّتِهِ مَا بَلَغَ الدِّينُ العَبْرَيْنِ، وَلَكَانَ النَّاسُ كَرْعَةً كَكَرْعَةِ طَالُوتَ. وَيْلَكَ إِنَّ اللهَ ذَمَّ النَّاسَ، وَمَدَحَ أَبَا بَكْرٍ فَقَالَ: «إِلَّا تَنْصُرُوهُ فَقَدْ نَصَرَهُ اللهُ إِذْ أَخْرَجَهُ الَّذِينَ كَفَرُوا ثَانِيَ اثْنَيْنِ إِذْ هُمَا فِي الغَارِ إِذْ يَقُولُ لِصَاحِبِهِ لَا تَحْزَنْ إِنَّ اللهَ مَعَنَا» فَرَحْمَةُ اللهِ عَلَى أَبِي بَكْرٍ
 
"Abu Bakar mendahuluiku dalam empat hal yang aku tidak memilikinya dan tidak bisa menggantikannya dengan apa pun. Dia mendahuluiku dalam menyebarkan Islam, menjadi yang pertama dalam hijrah, menemani Nabi di gua, dan menyempurnakan shalat, sementara aku saat itu berada di lembah, menampakkan Islam dan menyembunyikannya. Sementara Quraisy meremehkanku dan menghormatinya. Demi Allah, jika Abu Bakar tidak berada di posisinya, agama ini tidak akan sampai ke dua sisi dunia, dan manusia akan menjadi seperti tentara Thalut yang lemah. Celakalah engkau! Allah telah mencela manusia, tetapi memuji Abu Bakar dengan firman-Nya: 'Jika kalian tidak menolongnya (Muhammad), maka sungguh Allah telah menolongnya ketika orang-orang kafir mengusirnya (dari Mekkah) dan dia salah satu dari dua orang ketika keduanya berada di dalam gua, dia berkata kepada sahabatnya: "Janganlah kamu bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita."' Semoga rahmat Allah tercurah atas Abu Bakar."

Bersambung…..

Tag: At-Tarikh Al-Islami.
 
Abdurrahman Al-Amiry
 
Selasa 03/09/24 di Ma’had Imam Al-Albani.

Abdurrahman Al-Amiry adalah seorang penuntut ilmu dan pengkaji islam, serta mudir atau pimpinan ponpes Imam Al-Albani, Prabumulih, Sumsel. Keseharian beliau adalah mengajar dan berdakwah di jalan Allah. Beliau menghabiskan waktu paginya dengan mengajar para santri dan menghabiskan waktu malam dengan berdakwah lepas di berbagai masjid..

0 komentar:

Posting Komentar

Contact Me

Adress

Ma'had Imam Al-Albani, Prabumulih, Sumsel

Phone number

+62 89520172737 (Admin 'Lia')

Website

www.abdurrahmanalamiry.com